Jumat, 17 Desember 2010

                                       DEBUT PEMAIN NATURALISASI PSSI

        Cemerlangnya penampilan Christian Gonzales dan Irfan Bachdim menyiratkan dampak positif bagi kebijakan naturalisasi PSSI yang dulu ditentang banyak pihak. Benarkah demikian?
Mereka yang menyaksikan pertandingan Indonesia melawan Malaysia hari Rabu (1/12) pasti setuju bagaimana digdayanya Christian “El Loco” Gonzales di lini depan. Ia begitu tangguh di udara  dan perannya sebagai post-player yang berfungsi sebagai tembok pemantul dan memegang bola di wilayah permainan lawan membuat dirinya sangat vital dalam pembangunan serangan Indonesia. Begitu pula dengan partnernya di lini depan, Irfan Bachdim yang memiliki teknik ciamik dan akselerasi eksplosif yang memorak-morandakan pertahanan lawan.
Patut diingat bahwa Irfan Bachdim bukanlah pemain naturalisasi dalam artian ia berpindah kewarganegaraan karena ia adalah warga negara Indonesia dan memegang paspor Indonesia pula. Hanya kebetulan saja ia lama bermukim di Belanda sebelum dipanggil pulang untuk membela panji Merah Putih. Sementara Gonzales telah bertahun-tahun tinggal di Indonesia untuk bermain bagi Persik Kediri dan Persib Bandung. Sudah dari 5 tahun lalu Gonzales dan istrinya memohon perpindahan kewarganegaraan tapi baru dikabulkan sekarang.
Jika anda bertanya apakah naturalisasi pemain seperti yang dilakukan Gonzales berdampak besar bagi timnas kita, saya dengan tegas mengatakan ya! Kapan terakhir kali anda melihat striker tim nasional memiliki kemampuan menahan bola lama-lama di jantung permainan lawan dengan kekuatan tubuh bagian atas yang hebat? Peran yang sebelumnya diemban oleh Bambang Pamungkas tersebut sekarang dijabat oleh Gonzales yang begitu dominan. Gonzales dengan efektif juga rajin membuka ruang dengan turun ke belakang. Tidak hanya itu, insting membunuh pemain kelahiran Uruguay yang membuatnya beberapa kali menjadi topskor Liga Indonesia juga berperan besar. Gol kedua Indonesia yang dicetaknya dengan jelas menggambarkan hal itu. Lihatlah bagaimana dengan tenang ia mengarahkan bola pelan ke pojok gawang Malaysia.
Pertanyaannya, apakah talenta pemain Indonesia sebegitu minimnya sehingga kita harus menaturalisasi pemain asing? Untuk kasus Gonzales bisa dibilang begitu karena relatif kita tidak memiliki stok pemain matang dengan tipe permainan demikian. Selama ini kita selalu dijejali dengan berbagai penyerang yang memiliki kecepatan dan akselerasi, tapi tiada yang memiliki ketenangan dan visi, kecuali Bambang Pamungkas. Yang bisa menjadi bahan pembelajaran adalah bagaimana striker-striker muda kita belajar dari Gonzales. Menilik bahwa kita membutuhkan striker seperti Gonzales, bukankah bijak bila klub dan tim nasional mendidik para pemain mudanya untuk mengakomodasi kebutuhan kita akan pemain bertipe demikian? Striker muda Arema, Yongki Ariwibowo memiliki teknik dan skill yang impresif yang dirasa memiliki potensi untuk berkembang ke arah sana.
       Sementara kesuksesan Irfan Bachdim yang dengan seketika menjadi idola para wanita karena wajah tampannya mengapungkan isu naturalisasi terhadap pemain-pemain Indonesia kelahiran Belanda lainnya. Oke, Irfan memang impresif, tapi hal penting yang harus diingat sudah kita bahas di depan tadi bahwa Irfan bukan pemain naturalisasi. Konyol bila kita berkaca pada kesuksesan Irfan dan memutuskan mengindonesiakan beberapa Londo Belanda yang bahkan tidak pernah mendengar Indonesia Raya. Lagi-lagi yang harus dipikirkan PSSI dan Badan Tim Nasional adalah menularkan skill yang dimiliki Irfan kepada pemain lainnya. Proses tersebut akan sulit karena fondasi dan pendidikan sepakbola usia dini antar pemain berbeda, tapi setidaknya Irfan bisa menjadi benchmark.

      Sesungguhnya naturalisasi tidak bagus bagi pengembangan sepakbola nasional dalam jangka panjang. Tidak lucu jika tim nasional kita dijejali para pemain berdarah asing seperti yang terlihat pada timnas Singapura. Jika memang harus melakukan naturalisasi, biarlah dilakukan terhadap pemain yang akan mendongkrak performa tim dengan dasar yang jelas pula, seperti Gonzales yang lebih dari 5 tahun tinggal di Indonesia. Pemain naturalisasi haruslah menjadi katalis dan patokan bagi pengembangan pemain muda kita, bukannya menjadi tumpuan harapan di masa depan.

0 komentar:

Posting Komentar